Pada minggu pertama praktikum
bahan bangunan laut, saya dan kelompok saya melakukan percobaan yang merupakan
tahapan untuk melakukan Mix
Design.
Kelompok 3 Praktikum Bahan Bangunan Laut
1. Pemeriksaan Kadar Air Agregat
Tujuan:
Menentukan besarnya
kadar air yang terkandung dalam agregat dengan cara pengeringan
Alat dan Bahan:
Alat :
- Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh.
- Oven yang suhunya dapat diatur sampai (110 ± 5)° C.
- Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat pengeringan benda uji.
Benda Uji:
- Berat minimum contoh agregat dengan diameter maksimum 5 mm adalah 0,5 kg.
Prosedur Percobaan:
1.
Timbang dan catat berat
talam (W1)
2.
Masukkan benda uji ke
dalam talam, dan kemudian berat talam + benda uji ditimbang. Catat beratnya
(W2)
3.
Hitung berat benda uji
W3 = W2 – W1
4.
Keringkan contoh benda
uji bersama talam dalam oven pada suhu (110 ± 5)° C hingga beratnya tetap
5.
Setelah kering, contoh
ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam (W4)
6.
Hitunglah berat benda
uji kering: W5 = W4 – W1
Hasil Percobaan:
Tabel 1. Pemeriksaan Kadar Air Agregat
Analisis:
Dari hasil percobaan
diperoleh bahwa berat benda uji (agregat kasar dan agregat halus) setelah
dikeringkan di dalam oven lebih ringan dibandingkan dengan berat benda uji
sebelum dikeringkan. Hal tersebut dikarenakan sebelum benda uji dikeringkan,
benda uji masih mengandung air yang menambah berat benda uji tersebut. Data
pada tabel 1 juga
menunjukkan bahwa persentase kadar air yang terkandung dalam agregat halus
lebih besar dibandingkan dengan persentase kadar air yang terkandung dalam
agregat kasar karena dalam berat yang sama, jumlah butiran agregat halus akan
lebih banyak daripada jumlah butiran agregat kasar. Dalam agregat kasar, akan
terdapat banyak rongga udara di antara partikel-partikelnya sedangkan dalam
agregat halus, partikel-partikel agregatnya yang berukuran kecil akan saling
mengisi ruang yang ada sehingga rongga udaranya kecil. Dengan begitu, luas
permukaan agregat halus secara keseluruhan akan lebih besar dibandingkan dengan
agregat kasar sehingga agregat halus dapat menampung air lebih banyak
dibandingkan dengan agregat kasar. Selain itu, rongga yang kecil pada agregat
halus akan membuat air yang terkandung sulit untuk keluar sedangkan pada
agregat kasar, air akan dengan mudah keluar melalui rongga-rongga udara yang
besar. Hal tersebut yang menyebabkan kadar air yang terkandung dalam agregat
halus lebih banyak daripada kadar air dalam agregat kasar meski dalam kondisi
telah dikeringkan.
2. Pemeriksaan Berat Volume Agregat
Tujuan:
Menghitung berat volume agregat halus, kasar, atau campuran
Alat dan Bahan:
Alat:
·
Timbangan dengan
ketelitian 0,1 % berat contoh
·
Talam kapasitas cukup
besar untuk mengeringkan contoh agregat
·
Tongkat pemadat diameter
15 mm, panjang 60 cm yang ujungnya bulat, terbuat dari baja tahan karat
·
Mistar perata
·
Sekop
·
Wadah baja yang cukup
berbentuk silinder dengan alat pemegang sesuai dengan tabel berikut:
Tabel 2. Spesifikasi Wadah Baja
yang Digunakan dalam Praktikum
Benda Uji:
·
Agregat halus dan
agregat kasar
Prosedur Percobaan:
Masukkan agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak
kapasitas wadah sesuai dengan tabel di atas. Keringkan dengan oven, suhu pada
oven (110 ± 5)° C sampai berat menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji.
1. Berat isi lepas
- Timbang dan catatlah berat wadah
- Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir-butir dari ketinggian 5 cm di atas wadah dengan menggunakan sendok atau sekop sampai penuh
- Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata
- Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2)
- Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1)
2. Berat isi agregat ukuran butir maksimum 38,1 mm (1,5’’) dengan
cara penusukan
- Timbang dan catat berat wadah (W1)
- Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat yang ditusukkan sebanyak 25 kali secara merata
- Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata
- Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2)
- Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1)
3. Berat isi pada agregat ukuran butir antara 38,1 mm (1,5’’)
sampai 101,1 mm (4”) dengan cara penggoyangan:
- Timbang dan catat berat wadah (W1)
- Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal
- Padatkan setiap lapis dengan cara menggoyang-goyangkan wadah dengan prosedur sebagai berikut:
- Letakkan wadah di atas tempat yang kokoh dan datar, angkatlah salah satu sisinya kira-kira setinggi 5 cm kemudian lepaskan
- Ulangi hal ini pada sisi yang berlawanan.
- Padatkan lapisan sebanyak 25 kali untuk setiap sisi
- Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata
- Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji .(W2)
- Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1)
4. Hasil Percobaan
Tabel 3. Pemeriksaan Berat Volume Agregat Halus
Tabel 4. Pemeriksaan Berat Volume Agregat Kasar
5. Analisis
Berdasarkan percobaan
yang penulis lakukan, diperoleh data bahwa nilai berat volume agregat halus
maupun kasar pada kondisi padat lebih besar dibandingkan dengan berat volume
agregat pada kondisi gembur. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan
perlakuan untuk memperoleh dua kondisi tersebut. Untuk memperoleh agregat dalam
kondisi padat, dilakukan pemadatan dengan menumbuk setiap 1/3 lapisan agregat
sebanyak 25 kali. Penumbukan tersebut akan menyebabkan pori-pori atau rongga
udara yang terdapat pada agregat mengecil dan partikel-partikel agregat akan
saling mengisi rongga-rongga tersebut. Hal tersebut menyebabkan jumlah agregat
dalam wadah tersebut akan lebih banyak dan meningkatkan berat agregat dalam
volume yang tetap. Dengan kata lain, berat volumenya akan meningkat.
Sementara pada kondisi
gembur, tidak dilakukan pemadatan sehingga pori atau rongga udara yang ada
antar partikel agregat akan lebih besar dan banyak jika dibandingkan dengan
agregat pada kondisi padat. Hal tersebut menyebabkan jumlah partikel agregat
akan lebih sedikit sehingga berat volumenya juga akan lebih kecil dibandingkan
dengan berat volume pada kondisi padat.
Untuk Mix
Desain, data yang penulis gunakan adalah berat volume agregat dalam
kondisi padat karena saat di laboratorium, penulis melakukan pemadatan terhadap
agregat yang akan digunakan untuk Mix Desain.
3. Analisis Specific Gravity dan Penyerapan Agregat Halus
Tujuan:
Menentukan specific gravity dan penyerapan agregat halus
Alat dan Bahan:
Alat:
- Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram atau kurang yang mempunyai kapasitas minimum sebesar 1000 gram atau lebih
- Piknometer dengan kapasitas 500 gram
- Cetakan kerucut pasir
- Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir
Benda Uji:
- Berat contoh agregat halus sebanyak 1000 gram. Contoh diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat pemisah atau perempatan
Prosedur Percobaan:
1.
Agregat halus yang jenuh
air dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering dengan indikasi contoh tercurah
dengan baik
2.
Sebagian dari contoh
dimasukan ke dalam metal sand cone mold. Benda uji dipadatkan dengan tongkat
pemadat (tamper). Jumlah tumbukan adalah sebanyak 25 kali. Kondisi SSD
diperoleh, jika cetakan diangkat, butir-butir pasir longsor/runtuh
3.
Contoh agregat halus
sebesar 500 gram dimasukan ke dalam piknometer. Kemudian, piknometer diisi
dengan air sampai 90% penuh. Bebaskan gelembung – gelembung udara dengan
menggoyang-goyangkan piknometer, redamlah piknometer dengan suhu air (73 ± 3)
°F selama 24 jam. Timbang berat piknometer yang berisi contoh dengan air.
4.
Pisahkan benda uji dari
piknometer dan keringkan pada suhu (213±130) °F. Langkah ini harus diselesaikan
dalam waktu 24 jam (1 hari).
5.
Timbanglah berat
piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas kalibrasi pada temperatur
(73,4 ± 3) °F dengan ketelitian 0,1 gram.
Hasil Percobaan:
Tabel 5. Pemeriksaan Berat Jenis
dan Penyerapan Agregat Halus
Analisis:
Berdasarkan hasil percobaan, persentase absorpsi
air dapat diperoleh dengan menghitung selisih berat benda uji dalam keadaan SSD
dan keadaan kering yang kemudian dibandingkan terhadap berat benda uji dalam
keadaan kering. Angka persentase absorpsi air ini nantinya akan digunakan
sebagai pedoman saat melakukan mix design. Semakin besar persentase absorpsi,
semakin banyak air yang perlu untuk ditambahkan.
4. Analisis Specific Gravity dan
Penyerapan Agregat Kasar
Tujuan:
Menentukan specific gravity dan penyerapan agregat kasar
Alat dan Bahan:
Alat:
·
Timbangan dengan
ketelitian 0,5 gram yang mempunyai kapasitas 5 kg
·
Keranjang besi diameter
203,2 mm (8”) dan tinggi 63,5 mm (2,5”)
·
Alat penggantung
keranjang
·
Handuk atau kain pel
Benda Uji:
·
Berat contoh agregat
disiapkan sebanyak 11 liter dalam keadaan kering muka (SSD = Surface Saturated
Dry). Contoh diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat pemisah atau cara
perempatan. Butiran agregat lulus saringan No. 4 tidak dapat digunakan sebagai
benda uji.
Prosedur Percobaan:
1.
Benda uji direndam
selama 24 jam
2.
Benda uji dikeringkan
permukaannya (kondisi SSD) dengan menggunakan handuk pada butiran
3.
Timbang contoh. Hitung
berat kondisi SSD = A
4.
Contoh benda uji
dimasukan ke keranjang dan direndam kembali di dalam air. Temperatur air dijaga
(73,4 ± 3) °F, dan kemudian ditimbang, setelah di keranjang digoyang-goyangkan
di dalam air untuk melepaskan udara yang terperangkap. Hitung berat contoh kondisi
jenuh =B
5.
Contoh dikeringkan pada
temperatur (212 – 130) °F. Setelah didinginkan kemudian ditimbang. Hitung berat
contoh kondisi kering = C
Hasil Percobaan:
Tabel 6. Pemeriksaan Berat Jenis
dan Penyerapan Agregat Kasar
Analisis:
Berdasarkan
hasil percobaan, persentase absorpsi air dapat diperoleh dengan menghitung
selisih berat benda uji dalam keadaan SSD dan keadaan kering yang kemudian
dibandingkan terhadap berat benda uji dalam keadaan kering. Angka persentase
absorpsi air ini nantinya akan digunakan sebagai pedoman saat melakukan mix
design. Semakin besar persentase absorpsi, semakin banyak air yang perlu untuk
ditambahkan.
Tujuan:
Menentukan distribusi ukuran partikel dari agregat halus dengan
uji saringan
Alat dan Bahan:
Alat:
Alat dan Bahan:
Alat:
- Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji
- Satu set saringan dengan ukuran:
- Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110±5)°C
- Alat pemisah contoh (sampel spliter)
- Mesin penggetar saringan
- Talam – talam
- Kuas, sikat kawat, sendok, dan alat-alat lainnya
Benda Uji:
- Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau dengan cara perempatan. Berat dari contoh disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter agregat kasar yang digunakan pada tabel perangkat saringan.
Prosedur percobaan:
1.
Keringkan agregat sampel
tes dengan berat yang telah ditentukan oada temperatur (110±5)°C, kemudian
dinginkan pada temperature ruangan
2.
Timbang kembali berat
sampel agregat yang digunakan
3.
Persiapkan saringan yang
akan digunakan
4.
Setelah saringan
disusun, letakkan sampel agregat diatas saringan
5.
Goyangkan saringan
dengan tangan/mesin
6.
Hitung berat agregat
pada masing-masing nomer saringan
7.
Total berat agregat
setelah dilakukan saringan dibandingkan dengan berat semula. Jika perbedaannya
lebih dari 0,3% dari berat semula sampel agrerat yang digunakan, hasilnya tidak
dapat digunakan.
Hasil Percobaan:
Tabel 7. Analisis Saringan Agregat Halus
Analisis:
Dari percobaan yang
penulis lakukan, didapatkan data kurva gradasi agregat halus seperti yang
tertera di atas. Grafik tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar data ukuran
partikel agregat halus masih berada di antara batas maksimum dan minimum yang
telah ditentukan. Oleh karena itu, agregat halus layak digunakan dalam
pencampuran beton.
6. Analisis Saringan Agregat Kasar
Tujuan:
Menentukan distribusi
ukuran partikel dari agregat kasar dengan uji saringan
Alat dan Bahan:
Alat:
- Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji
- Satu set saringan dengan ukuran:
- Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110±5)°C
- Alat pemisah contoh (sampel spliter)
- Mesin penggetar saringan
- Talam – talam
- Kuas, sikat kawat, sendok, dan alat-alat lainnya
Benda Uji:
- Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau dengan cara perempatan. Berat dari contoh disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter agregat kasar yang digunakan pada tabel perangkat saringan.
Prosedur Percobaan:
1.
Keringkan agregat sampel
tes dengan berat yang telah ditentukan oada temperatur (110±5)°C, kemudian
dinginkan pada temperature ruangan
2.
Timbang kembali berat
sampel agregat yang digunakan
3.
Persiapkan saringan yang
akan digunakan
4.
Setelah saringan
disusun, letakkan sampel agregat diatas saringan
5.
Goyangkan saringan
dengan tangan/mesin
6.
Hitung berat agregat
pada masing-masing nomer saringan. Total berat agregat setelah dilakukan
saringan dibandingkan dengan berat semula. Jika perbedaannya lebih dari 0,3%
dari berat semula sampel agrerat yang digunakan, hasilnya tidak dapat
digunakan.
Hasil Percobaan:
Tabel 8. Analisis Saringan Agregat Kasar
Analisis:
Grafik di atas
menunjukkan bahwa sebagian besar data kurva lolos kumulatif agregat kasar
berada di luar batas kurva maksimum dan minimum yang telah ditentukan. Oleh
karena itu, agregat kasar tersebut seharusnya tidak layak digunakan dalam
pencampuran beton karena gradasinya yang kurang baik. Kondisi tidak ideal
tersebut terjadi karena beberapa faktor diantaranya karena kondisi agregat yang
disediakan oleh laboratorium memang kurang baik.
7. Pemeriksaan Zat Organik dalam Agregat Halus
Tujuan:
Mengetahui kadar organik
yang terkandung dalam agregat halus
Alat dan Bahan:
Alat:
- Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet atau gabus atau bahan penutup lainnya yang tidak bereaksi terhadap NaOH. Volume gelas = 350 ml
- Standar warna (organic plate)
- Larutan NaOH
Benda Uji:
·
Contoh pasir dengan
volume 115 ml (1/3 volume botol)
Prosedur Percobaan:
1.
Masukkan 115 ml pasir ke
dalam botol tembus pandang (kurang lebih 1/3 isi botol)
2.
Tambahkan larutan NaOH
3%. Setelah di kocok, isinya harus mencapai kira-kira ¾ volume botol
3.
Tutup botol gelas
tersebut dan kocok hingga lumpur yang menempel pada agregat nampak terpisah dan
biarkan selama 24 jam agar lumpur tersebut mengendap
4.
Setelah 24 jam,
bandingkan warna cairan yang terlihat dengan standar warna No. 3 pada organik
plate (bandingkan apakah lebih tua atau lebih muda).
Hasil Percobaan:
Setelah 24 jam, air endapan berubah warna dan cenderung sesuai
dengan indikator No.3 pada indikator plate.
Analisis:
Berdasarkan hasil
percobaan, warna air endapan pasir sesuai dengan standar warna yang telah
ditentukan yaitu indikator No. 3 pada organic plate pasir atau agregat halus
layak dipakai untuk Mix Design.
8. Pemeriksaan Kadar Lumpur dalam Agregat Halus
Tujuan:
Menentukan besarnya
(persentase) kadar lumpur dalam agregat halus yang digunakan sebagai campuran
beton.
Alat dan Bahan:
Alat:
- Gelas ukur
- Pengaduk
Benda Uji:
- Contoh pasir secukupnya dalam kondisi lapangan dengan bahan pelarut biasa
Prosedur Percobaan:
1.
Contoh benda uji
dimasukkan ke dalam gelas ukur
2.
Tambahkan air pada gelas
ukur guna melarutkan lumpur
3.
Gelas dikocok untuk
mencuci agregat halus dari lumpur
4.
Simpan gelas pada tempat
yang datar dan biarkan lumpur mengendap setelah 24 jam
5.
Ukur tinggi pasir (V1) dan tinggi lumpur (V2)
Hasil Percobaan:
Vpasir = 168 ml
Vtotal = 172 ml
Vlumpur = 4 ml
Persentase kadar lumpur
(%) = 2,3255%
Analisis:
Berdasarkan hasil
percobaan, persentase kadar lumpur yang terkandung dalam agregat halus adalah 2,3255%.
Angka tersebut menunjukkan bahwa agregat halus layak digunakan untuk pembuatan
beton karena masih dibawah batas toleransi yaitu 5%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar