Pada postingan ini, saya
akan membahas mengenai sebuah konstruksi yang sangat menarik bagi saya, yaitu
Jembatan Layang Pasupati. Jembatan Layang Pasupati berada di Kota Bandung dan
jembatan ini menghubungkan Jalan Pasteur dan Jalan Dago.
Saya akan melakukan
identifikasi dan analisa mengenai material-material konstruksi apa saja yang
digunakan untuk membangun Jembatan Layang Pasupati tersebut dan akan membahas 2
material yang digunakan untuk membangun jembatan tersebut.
1. Nama
konstruksi : Jembatan Layang Pasupati Bandung
2. Identifikasi
bahan material : a. Beton (90%)
b.
Kabel baja (2.5%)
c.
Aspal (7.5%)
3. Analisis
Material :
A. Beton
Beton merupakan material
yang biasa digunakan dalam pembangunan infrastruktur. Beton terbentuk dari
campuran semen, air dan agregat baik itu agregat halus maupun agregat kasar.
a. Semen : material
yang mengeras apabila dicampur dengan air dan setelah mengeras tidak mengalami
perubahan kimia jika dikenai air. Semen yang selama ini masyarakat kenal adalah
semen Portland.Semen Portland diproduksi pertama kali oleh Joseph Aspdin dengan
cara memanaskan campuran tanah liat yang dihaluskan dengan batu kapur dengan
panas tinggi agar gas asam karbon hilang.Semen adalah hasil industri dari
paduan bahan baku batu kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat
atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk.
Batu kapur/gamping
adalah bahan alam yang mengandung senyawa Kalsium Oksida (CaO), sedangkan
lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa :
Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3 ) dan Magnesium Oksida (MgO). Untuk
menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk
membentuk clinker, yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan
gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses produksi
dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg. Bahan dasar
semen tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 macam seperti berikut :
a) Klinker/terak 70% hingga 95% : hasil olahan
pembakaran batu kapur, pasir silika, pasir besi dan lempung.
b) Gypsum 5% sebagai zat pelambat pengerasan.
c) Batu kapur/pozzolan/abu terbang atau lain-lain.
Jika unsur ketiga
tersebut tidak lebih dari sekitar 3 % umumnya masih memenuhi kualitas tipe 1
atau OPC (Ordinary Portland Cement). Namun bila kandungan material ketiga lebih
tinggi hingga sekitar 25% maksimum, maka semen tersebut akan berganti tipe
menjadi PCC (Portland Composite Cement).
Jenis Semen menurut
Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) antara lain :
a) Semen Portland Putih
Produk ini digunakan
untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), sebagai filler atau pengisi. Semen
jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
b) Semen Portland Pozolan
Produk ini lebih tepat
digunakan untuk bangunan umum dan bangunan yang memerlukan ketahanan sulfat dan
panas hidrasi sedang, seperti: jembatan, jalan raya, perumahan, dermaga, beton
massa, bendungan, bangunan irigasi dan fondasi pelat penuh.
c) Semen Portland adalah jenis yang paling umum
dari semen dalam penggunaan umum di seluruh dunia karena merupakan bahan dasar
beton, dan plesteran semen.
d) Semen Portland Campur
Suatu bahan pengikat
hidrolis hasil penggilingan bersama-sama dari terak semen portland dan gips
dengan satu atau lebih bahan anorganik yang bersifat tidak bereaksi (inert).
e) Semen Mansonry
Semen ini lebih tepat
digunakan untuk konstruksi perumahan gedung, jalan dan irigasi.
Dapat juga digunakan untuk bahan baku pembuatan genteng beton,
paving block, tegel dan bahan bangunan lainnya.
b. Air dan Proses
Hidrasi
Air pada campuran beton
adalah komponen terpenting dalam proses hidrasi adonan beton. Proses hidrasi
dilakukan oleh semen dan air untuk menghasilkan suatu campuran yang dapat
merekatkan agregat yang merupakan sumber kekerasan dari beton. Oleh karena itu
yang menentukan kekuatan beton dan mencegah segregasi antar-agregat, adalah
komposisi air dan semen yang tepat.
Berdasarkan British
Standars Institution (BS 3148: 1959 Tests for water for making
Concrete ) air yang digunakan untuk membuat beton tidak boleh memiliki
kadar organik, lumpur, liat, asam, alkali, dan garam-garam yang tinggi. Senyawa
organik dapat menghambat proses hidrasi. Air laut dan air payau juga tidak baik
untuk campuran beton karena klorida dalam air laut dan air payau dapat
mengakibatkan korosi pada tulangan baja.Air yang baik untuk campuran beton
adalah air dengan pH sekitar 7, yaitu air yang bersifat cenderung netral.
c, Agregat
Agregat mengisi 60%-80%
dari volume beton oleh karena itu karakteristik kimia, fisik, dan mekanik
agregat yang digunakan dalam pencampuran sangat berpengaruh pada sifat beton
yang dihasilkan.Sifat agregat tergantung dari batuan induknya kecuali ukuran,
bentuk partikel, tekstur, dan absorpsi permukaan.Berat agregat yang digunakan
sangat menentukan berat beton yang dihasilkan. Beton ringan memiliki berat
1360-1840 kg/m3, beton normal memiliki berat 2160-2650 kg/m3, sedangkan beton
berat memiliki berat 2800-6400 kg/m3. Secara umum agregat yang baik adalah
agregat yang mempunyai bentuk yang menyerupai kubus atau bundar, bersih, keras,
kuat, bergradasi baik, dan stabil secara kimiawi.
d. Admixture
Admixture adalah zat
kimia berupa cairan atau serbuk yang ditambahkan pada campuran beton untuk
meningkatkan kualitas dan mendapatkan sifat-sifat yang diinginkan.
Berdasarkan tujuan yang
diharapkan terdapat beberapa tujuan penggunaan zat kimia diantaranya yaitu:
· Water reduction
Zat kimia untuk
mengurangi penggunaan air pada beton. Hal ini dilakukan agar diperoleh adukan
dengan nilai fas yang tetap dengan kekentalan yang sama atau dengan fas tetap,
tapi didapatkan adukan beton yang lebih encer. Hal ini dimaksudkan agar
diperoleh kuat tekan yang lebih tinggi, dengan tidak mengurangi kekentalannya,
atau diperoleh beton dengan kuat tekan yang sama, tapi adukan dibuat menjadi
lebih encer agar lebih memudahkan dalam penuangan.
· Retarder
Zat kima untuk
memperlambat proses ikatan campuran beton.Biasanya diperlukan untuk beton yang
tidak dibuat dilokasi penuangan beton. Proses pengikatan campuran beton sekitar
1 jam. Sehingga apabila sejak beton dicampur sampai penuangan memerlukan waktu
lebih dari 1 jam, maka perlu ditambahkan zat kimia ini. Zat tambahan ini
diantarannya berupa gula, sucrose, sodium gluconate, glucose, citric acid, dan
tartaric acid.
· Accelerators
Zat kimia untuk mempercepat
ikatan dan pengerasan campuran beton. Diperlukan untuk mempercepat proses
pekerjaan konstruksi beton, pencampuran beton dilakukan di tempat atau dekat
dengan penuangannya. Zat tambahan yang digunakan adalah CaCl2, Ca(NO3)2 dan
NaNO3. Namun demikian, lebih dianjurkan menggunakan yang nitrat, karena
penggunaan khlorida dapat mempercepat terjadinya karat pada penulangan.
Pada kenyataan di
lapangan terkadang diperlukan kondisi kombinasi dari ketiga perilaku penambahan
zat kimia tersebut yaitu untuk mengurangi penggunaan air dan memperlambat
proses ikatan campuran beton, atau untuk mengurangi air dan mempercapat waktu
pengikatan serta pengerasan campuran beton.
Secara umum bahan tambah
yang digunakan dalam beton dapat dibedakan menjadi dua yaitu bahan tambah yang
bersifat kimiawi (chemical admixture) dan bahan tambah yang bersifat mineral
(additive).
Contoh chemical
admixtures adalah sebagai berikut:
Menurut standar ASTM ,
terdapat 7 jenis bahan tambah kimia, yaitu:
1) Tipe A,
Water-Reducing Admixtures
2) Tipe B, Retarding
Admixtures
3) Tipe C, Accelerating
Admixtures
4) Tipe D, Water
Reducing and Retarding Admixtures
5) Tipe E, Water
Reducing and Accelerating Admixtures
6) Tipe F, Water
Reducing, High Range Admixtures
7) Tipe G, Water
Reducing,High Range Retarding Admixtures
Cara Pembuatan Beton
a.Pemeriksaan parameter material pembentuk beton
1) Pemeriksaan Kadar Air Agregat
2) Pemeriksaan Berat Volume Agregat Halus
3) Pemeriksaan Berat Volume Agregat Kasar
4) Analisis
Specific Gravity dan Penyerapan Agregat Halus
5) Analisis Specific Gravity dan Penyerapan Agregat
Kasar
6) Analisis Saringan Agregat Halus
7) Analisis Saringan
Agregat Kasar
8) Pemeriksaan Zat Organik
dalam Agregat Halus
9) Pemeriksaan Kadar Lumpur
dalam Agregat Halus
b. Perencanaan Campuran Beton
1) Pemilihan angka slump
2) Pemilihan ukuran maksimum agregat kasar
3) Estimasi kebutuhan air pencampur dan kandungan udara
4) Pemilihan nilai perbandingan air semen
5) Perhitungan
kandungan semen
6)
Estimasi kandungan agregat kasar
7)
Estimasi kandungan agregat halus
8)
Koreksi kandungan air pada agregat
B. Baja
Baja
adalah logam paduan dengan besi (Fe) sebagai unsur dasar dan karbon (C) sebagai
unsur paduan utamanya. Kandungan karbon dalam baja berkisar antara 0,2 % hingga
2,1 % berat sesuai grade-nya. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur
pengerasan pada kisi kristal atom besi. Baja karbon adalah baja yang
mengandung karbon lebih kecil 1,7 %, sedangkan besi mempunyai kadar karbon
lebih besar dari 1.7 %. Baja mempunyai unsur-unsur lain sebagai pemadu yang
dapat mempengaruhi sifat dari baja. Penambahan unsur-unsur dalam baja karbon
dengan satu unsur atau lebih, tergantung dari pada karakteristik baja karbon
yang akan dibuat. Baja memiliki kelebihan yaitu kuat terhadap tarik tapi lemah
terhadap tekan.
Berdasarkan
kandungan kimianya baja dapat dikelompokkan atas 2 jenis yaitu:
1.
Baja Karbon (carbon steel)
Baja
karbon dapat terdiri atas:
·
Baja karbon rendah (low carbon steel)
Machine,
machinery dan mild steel (0,05 % – 0,30% C ). Sifatnya mudah ditempa.
Penggunaannya:
(0,05
% – 0,20 % C) = automobile bodies, buildings, pipes, chains, rivets,
screws,nails.
(0,20
% – 0,30 % C) = gears, shafts, bolts, forgings, bridges, buildings
·
Baja karbon menengah (medium carbon steel
)
Kekuatan
lebih tinggi daripada baja karbon rendah.Sifatnya sulit untuk dibengkokkan,
dilas, dipotong.
Penggunaan:
(0,30%
- 0,40% C) = connecting rods, crank pins, axles.
(0,40%
- 0,50% C) = car axles, crankshafts, rails, boilers, auger bits, screwdrivers.
(0,50%
- 0,60% C) = hammers dan sledges
·
Baja karbon tinggi (high carbon steel)
tool steel
Sifatnya
sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong. Kandungan 0,60 % – 1,50 % C.
Penggunaan
:screw drivers, blacksmiths hummers, tables knives, screws, hammers, vise jaws,knives,
drills. tools for turning brass and wood, reamers, tools for turning hard
metals, saws for cutting steel, wire drawing dies, fne cutters.
2.
Baja Paduan (Alloy steel)
Tujuan
dilakukan penambahan unsur yaitu:
·
Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan,
keliatan, kekuatan tarik dan sebagainya).
·
Untuk menaikkan sifat mekanik pada
temperatur rendah.
·
Untuk meningkatkan daya tahan terhadap
reaksi kimia (oksidasi dan reduksi).
·
Untuk membuat sifat-sifat special.
Baja
paduan yang diklasikasikan menurut kadar karbonnya dibagi menjadi:
·
Low alloy steel, jika elemen paduannya ≤
2,5%.
·
Medium alloy steel, jika elemen paduannya
2,5% - 10%.
·
high alloy steel, jika elemen paduannya
>10%.
Baja
paduan juga dibagi menjadi dua golongan yaitu baja campuran khusus (special
alloy steel) dan highspeed steel.
·
Baja Paduan Khusus (special alloy steel)
Baja
jenis ini mengandung satu atau lebih logam-logam seperti nikel, chromium,
manganese, molybdenum, tungsten dan vanadium. Dengan menambahkan logam tersebut
ke dalam baja maka baja paduan tersebut akan mengubah sifat-sifat mekanik dan
kimianya seperti menjadi lebih keras, kuat dan ulet bila dibandingkan terhadap
baja karbon (carbon steel).
·
High Speed Steel (HSS) Self Hardening
Steel
Kandungan carbon :
0,70 % – 1,50 %. Penggunaan membuat alat-alat potong seperti drills, reamers,
countersinks, lathe tool bits dan milling cutters. Disebut High Speed Steel
karena alat potong yang dibuat dengan material tersebut dapat dioperasikan dua
kali lebih cepat dibanding dengan carbon steel. Sedangkan harga dari HSS
besarnya dua sampai empat kali dari carbon steel.
Proses Pembuatan Baja
Baja diproduksi didalam dapur pengolahan baja dari besi kasar baik padat
maupun cair, besi bekas ( Skrap ) dan beberapa paduan logam. Ada beberapa
proses pembuatan baja antara lain :
A. Proses Konvertor
Dalam proses ini, alat
yang digunakan terdiri dari satu tabung yang berbentuk bulat lonjong dengan
menghadap kesamping. Sistem kerja dalam
proses konvertor adalah sebagai berikut:
- Dipanaskan dengan kokas sampai ± 1500 0C
- Dimiringkan untuk memasukkan bahan baku baja. (± 1/8 dari volume konvertor)
- Kembali ditegakkan
- Udara dengan tekanan 1,5 – 2 atm dihembuskan dari kompres Setelah 20-25 menit konvertor dijungkirkan untuk mengelaurkan hasilnya.
B. Proses Bassemer (asam)
Lapisan bagian dalam
terbuat dari batu tahan api yang mengandung kwarsa asam atau aksid asam (SiO2),
bahan yang diolah besi kasar kelabu cair, CaO tidak ditambahkan sebab dapat
bereaksi dengan SiO2, dengan reaksi sebagai berikut: SiO2 +CaO → CaSiO3
C. Proses Thomas (basa)
Lapisan dinding bagian
dalam terbuat dari batu tahan api bisa atau dolomit [ kalsium karbonat dan
magnesium (CaCO3 + MgCO3)], besi yang diolah besi kasar putih yang mengandung P
antara 1,7 – 2 %, Mn 1 – 2 % dan Si 0,6-0,8 %. Setelah unsur Mn dan Si
terbakar, P membentuk oksida phospor (P2O5), untuk mengeluarkan besi
cair ditambahkan zat kapur (CaO), dengan reaksi sebagai berikut: 3 CaO + P2O5
→ Ca3
(PO4)2 (terak cair)
D. Proses Siemens-Martin
Proses ini menggunakan sistem regenerator
(± 3000 0C.) fungsi dari regenerator adalah:
·
Memanaskan gas dan udara atau menambah
temperatur dapur
·
Sebagai Fundamen/ landasan dapur
·
Menghemat pemakaian tempat
·
Bisa digunakan baik besi kelabu maupun
putih,
Besi kelabu dinding dalamnya dilapisi batu
silika (SiO2),
Besi putih dilapisi dengan batu dolomit
(40 % MgCO3 + 60 % CaCO3)
E.
Proses Basic Oxigen Furnace
·
Logam cair dimasukkan ke ruang baker
(dimiringkan lalu ditegakkan)
·
Oksigen (± 1000) ditiupkan lewat Oxygen
Lance ke ruang bakar dengan kecepatan tinggi. (55 m3 (99,5
%O2) tiap satu ton muatan) dengan tekanan 1400 kN/m2
·
Ditambahkan bubuk kapur (CaO) untuk
menurunkan kadar P dan S.
Keuntungan
dari BOF adalah:
·
BOF menggunakan O2 murni
tanpa Nitrogen
·
Proses hanya lebih-kurang 50 menit.
·
Tidak perlu tuyer di bagian bawah
·
Phosphor dan Sulfur dapat dihilangkan
terlebih dahulu daripada karbon
·
Biaya operasi murah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar